BAB I
PENDAHULUAN
Burung puyuh adalah unggas daratan yang kecil namun gemuk. Mereka
pemakan biji-bijian namun juga pemakan serangga dan mangsa berukuran kecil
lainnya. Mereka bersarang di permukaan tanah dan mempunyai kemampuan untuk lari
dan terbang dengan kecepatan tinggi namun dalam jarak tempuh yang pendek. Ternak
puyuh merupakan salah satu komoditas unggas sebagai penghasil telur dan daging.
Keberadaannya dapat sebagai pendukung ketersediaan protein hewani yang murah
dan mudah didapat. Usaha budidaya puyuh merupakan salah satu jenis usaha yang
banyak diminati dan dikembangkan karena ternak puyuh ini merupakan salah satu
ternak yang dapat berproduksi dalam waktu cepat (40 hari sudah bertelur)
disamping usaha budidaya putuh dapat dilakukan dengan modal yang relatif kecil
dan tidak memerlukan lahan yang luas. Menurut Handayani et al. (2013) puyuh sangat potensial dikembangkan untuk diambil telur
atau dagingnya. Di antara semua jenis unggas petelur, ternyata puyuh termasuk
unggas penghasil telur terbesar kedua setelah ayam ras petelur. Selain itu
puyuh sudah mulai bertelur pada usia 45 hari dan akan terus bertelur selama
sekitar 18 bulan. Selain telur, daging puyuh juga memiliki rasa yang lezat,
gurih dan bertekstur lembut. Dagingnya memiliki kandungan zat gizi yang cukup
tinggi, sehingga bisa dijadikan sumber bahan makanan alternatif.
Dalam pengembangan usaha peternakan burung puyuh ini
dibutuhkan bibit yang memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya mengingat
bibit merupakan salah satu sarana produksi yang penting dalam budidaya ternak.
BAB II
PEMBAHASAN
Permintaan bibit dan
telur puyuh yang semakin meningkat menjadikan usaha pembibitan memiliki prospek
yang cerah. Terdapat hal yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai
usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur
produksi usaha perternakan yaitu bibit atau pembibitan, pakan (ransum) dan
pengelolaan usaha peternakan. Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan
tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh,
yaitu:
1. Untuk produksi telur
konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari
kerier penyakit.
2. Untuk produksi daging
puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan
puyuh petelur afkiran.
3.
Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit
puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap
membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.
Proses seleksi
dilakukan untuk memperoleh bibit puyuh yang berkualitas tinggi (Wahyudi, 2014).
Usaha pembibtan harus mencari bibit dari keturunan induk pokok (parent stock) dan mencari pembibit yang
terpercaya
serta memiliki catatan kesehatan. Burung puyuh sudah dapat diketahui jenis kelaminnya
setelah berumur 21 hari. Untuk membedakan jenis kelamin burung puyuh jantan dan
betina para peternak bisa melihat warna bulu pada bagian bawah paruh hingga
dada. Bila burung puyuh jantan bagian bawah paruh hingga dada berwarna coklat
keruh, sedangkan pada betina berwarna putih bersih. Selain itu terdapat perbedaan
antara puyuh betina dan jantan yaitu :
Puyuh betina
|
Puyuh jantan
|
1.
Terdapat bintik coklat pada bulu dada
|
1.
Bagian dada warna bulunya rata dan pada
umumnya berwarna coklat muda
|
2.
Tidak berkokok
|
2.
Puyuh yang dewasa akan berkokok
|
3.
Setelah dewasa bagian belakang kloaka
rata dan agak berminyak
|
3.
Terdapat benjolan daging yang mengkilap dan licin diatas kloaka
|
4.
Postur tubuh dan berat badan melebihi
jantan
|
4.
Tubuhnya lebih kecil dibanding betina
|
5.
Tingkah laku pasif dan pendiam
|
5.
Lincah dan aktif
|
Tujuan utama dari breeding adalah untuk menjaga agar Grand Parent Stock (GPS) puyuh tetap
terjaga ketersediannya dan plasma nutfah alam tetap terjaga. Pembibitan setiap jenis menggunakan prinsip
yang sama. Tingkatan pertama disebut GGPS (Grade
Grand Parent Stock). GGPS dikawinkan dan muncul anakan yang disebut GPS (Grand Parent Stock). GPS betina
dikawinkan dengan GGPS jantan dan GPS jantan dikawinkan dengan GGPS betina
kemudian akan muncul anakan yang disebut PS (Parent Stock). PS jantan dan PS betina dikawinkan dan menghasilkan
FS (Final Stock). Anakan FS jenis
hitam diambil yang betina dan anakan FS jenis coklat diambil yang jantan
kemudian keduanya dikawinkan. Hasil dari perkawinan tersebut digunakan untuk
pembibitan untuk produksi telur konsumsi.
Pembibitan untuk produksi
telur konsumsi menggunakan burung puyuh betina yang berbulu coklat. Burung
puyuh jenis ini diperoleh dari hasil persilangan antara burung puyuh betina
hitam dan burung puyuh jantan coklat yang menghasilkan anakan burung puyuh
jantan hitam dan burung puyuh betina coklat. Burung puyuh jantan berwarna hitam
dianggap tidak mempunyai manfaat dalam proses pembibitan. Dalam proses
pertumbuhannya membutuhkan pakan yang banyak, namun tidak menghasilkan
keuntungan yang sesuai dengan biaya untuk perawatannya. Oleh karena itu setelah
anakan burung puyuh keluar dari mesin tetas, anakan jantan berwarna hitam tidak
dirawat dan biasanya digunakan sebagai pakan ikan lele atau bebek.
Menurut Wahyudi (2014)
terdapat syarat dalam memilih jantan dan betina yang akan dijadikan sebagai
bibit, yaitu :
1.
Ciri- ciri pejantan:
-
umur puyuh jantan
harus lebih muda daripada puyuh betina atau minimum 2 bulan
-
digunakan sebagai pejantan hanya sampai 8 bulan karena
setelah 8 bulan kualitas sperma akan menurun
-
berasal dari grand parent stock (GPS)
-
memiliki penampilan fisik yang baik dan tidak cacat
-
kondisi sehat
-
postur tubuh normal
2.
Ciri-ciri betina:
-
Berasal dari strain puyuh yang produktivitasnya tinggi
-
Hasil perkawinan silang grnad parent stock (GPS)
-
Umur induk betina 2,5 bulan atau sudah dewasa kelamin
-
Penampilan fisik baik dan tidak cacat
-
Kondisi sehat
-
Bobot badan seragam
Syarat umur dan berat
puyuh pembibit yang baik untuk dijadikan sebagai pembibt adalah sebagai berikut
:
Stadia Pemeliharaan
|
Jenis Bibit
|
Umur puyuh (minggu)
|
Berat puyuh (gram)
|
Starter
|
Starter
|
1
|
15-30
|
2
|
31-55
|
||
3
|
56-80
|
||
Grower
|
Grower
|
4
|
81-115
|
5
|
116-150
|
||
6
|
151-155
|
||
Layer
|
7-60
|
Sumber : Marsudi, 2012.
Perkawinan puyuh dilakukan secara alami,
dengan cara:
-
Menyiapkan kandang
pembibitan dan memasukan puyuh jantan umur 2 bulan dan betina umur 2,5 bulan
dengan perbandingan 1:4
-
Setelah dibiarkan 4
hari akan terdapat telur, namun telur tersebut infertil dan biasanya
dimanfaatkan sebagai telur konsumsi
-
Setelah 4 hari, telur
yang dihasilkan akan fertil dan dapat digunakan untuk telur tetas. Telur yang
dihasilkan kualitasnya akan baik selama 8 bulan, setelah itu kualitasnya
menurun.
-
Untuk puyuh pejantan
yang umurnya lebih dari 8 bulan harus diafkir, sedangkan puyuh betina dibiarkan
untuk menghasilkan telur konsumsi.
-
Melakukan
peremajaan/pergantian induk betina dan pejantan setiap enam bulan sekali supaya
ketersediaan bibit tetap terjaga
Telur yang dihasilkan
burung puyuh tidak dalam jangka waktu yang lama sehingga perlu regenerasi
supaya produksinya dapat maksimal. Puyuh
pejantan pada umumnya hanya mau mengawini puyuh betina yang penampilannya
menarik yaitu bagian bulu dibawah perutnya berwarna terang (putih) dan bentuk
paruhnya baik sehingga pemilihan induk betina harus sangat diperhatikan. Puyuh betina yang sudah dikawini ditandai
dengan rontoknya bulu bagian belakang kepala dan punggung. Puyuh betina yang
tidak dikawini dapat diganti dengan betina lain, sedangkan puyuh jantan yang
hanya diam dan pasif dapat diganti dengan pejantan cadangan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusbaca dulu aja guys
BalasHapus